ADAKITANEWS, Blitar – Tidak banyak jumlah perajin barongan yang digunakan untuk pentas jaranan. Bahkan jumlahnya pun bisa dihitung dengan jari. Meski demikian, penjualan karya seni barongan juga memiliki persaingan yang ketat. Perajin dituntut lebih kreatif dalam membuat barongan agar bisa menarik dan cepat terjual.
==========
Ruangan berukuran 5 x 6 meter disulap menjadi tempat memajang barongan. Di ruangan itu, tampak barongan berjajar rapi di atas etalase, mulai dari barongan model kepala sapi, kepala kerbau, kepala babi hutan dan lainnya. Uniknya, barongan yang dipajang tersebut berbeda dengan barongan yang lazim digunakan dalam kesenian jaranan di Kabupaten Blitar maupun di Kota Blitar.
Memang barongan tersebut sedikit menyimpang dari barongan yang ada. Ialah Setyo Budi, perajin berusia 30 tahun asal Kelurahan Karangsari Kecamatan Garum Kabupaten Blitar yang membuat dan memproduksi barongan unik tersebut. Ia mengaku, sengaja membuat barongan yang berbeda untuk menarik minat pembeli. “Selama ini, barongan yang ada modelnya itu-itu saja. Sehingga terkesan biasa dan bosan. Untuk itu, saya membuat barongan yang berbeda,” ungkap Setyo Budi, Jumat (23/06).
Menurut dia, barongan yang dibuat sedikit berbeda, selain untuk menarik minat pembeli juga untuk menunjukkan barongan ciri khas Blitar. Barongan yang dia buat tidak ada kembarannya dan dibuat terbatas. Dia mencontohkan, perbedaan antara barongan buatannya dengan barongan buatan perajin lain baik di Blitar Raya maupun di luar daerah seperti Kediri, yakni barongan model kepala kerbau yang ditambahi ornamen naga atau barongan, yang giginya sengaja dibuat berbeda dan agak lancip. “Intinya, barongan yang saya buat selalu up to date atau modelnya selalu ada yang baru,” tegas pria berambut panjang ini.
Setyo mengaku, untuk mendapatkan model unik tersebut dirinya harus mencari berbagai macam ide. Bisa dari diri sendiri maupun pesanan calon pembeli. Sebab, ada seorang pembeli yang ingin membeli barongan yang modelnya lain dari yang lain. Cara tersebut dinilai ampuh untuk menjual barongan produksinya. Terbukti, saat ini barongan yang ia buat tidak hanya diminati seniman jaranan Blitar Raya saja, melainkan juga dari luar daerah seperti Malang, Tulungagung, bahkan dari Kalimantan. “Rata-rata, kalau ramai saya bisa menjual lima dalam waktu sebulan,” ujarnya.
Hanya saja, lanjut Setyo, barongan yang dia buat memiliki harga yang cukup fantastis. Maklum, ide dan cara pembuatannya pun cukup rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk menyelesaikan satu barongan saja dibutuhkan waktu sekitar sebulan bahkan dua tahun. Dia menjelaskan, untuk barongan yang selesai hingga dua bulan, biasanya dibuat khusus hari tertentu, misalnya khusus malam Jumat legi atau malam Sabtu paing. Dan sebelum membuat, harus ditirakati serta kayu yang digunakan pun menggunakan kayu khusus, seperti kayu jenis kembang kantil dan cangkring. “Banyak seniman yang minta dibuatkan barongan yang pengerjaannya di hari tertentu, sehingga memakan waktu cukup lama,” terangnya.
Ia juga mengatakan, untuk barongan yang dijual paling murah berharga Rp 1,5 juta, dan paling mahal pernah dihargai Rp 65 juta.
Diceritakannya, awal mula dirinya menjadi perajin barongan adalah ketika ia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Surabaya. Kala itu, dia bekerja di salah satu restoran. Sejak awal Setyo tidak memiliki basic menjadi perajin barongan. Hanya saja saat bekerja di restoran, dirinya pernah belajar mengukir makanan, seperti mengukir semangka atau melon. “Boleh dibilang, saya belajar otodidak karena hanya bermodalkan bisa mengukir buah di restoran, kemudian saya mencoba mengukir barongan,” ujarnya.
Tak disangka, setelah dirinya keluar dari restoran dan membuat barongan pada 2011 atau enam tahun lalu, banyak seniman yang menyukai barongan buatannya. Kala itu, satu barongan yang dibuat hanya dihargai Rp 500 ribu. “Karena banyak yang menyukai, kemudian saya terus memproduksi barongan hingga sekarang,” pungkasnya.(blt2)
Keterangan gambar: Setyo Budi, perajin barongan asal Kelurahan Tawangsari Kecamatan Garum.(ist)