ADAKITANEWS, Jombang – Gerhana Bulan Sebagian (GBS) yang diprediksi akan terjadi pada malam Selasa, 15 Dzulqo’dah 1448 H atau tanggal 7-8 Agustus 2017 disambut oleh beberapa lapisan masyarakat di Kabupaten Jombang.
Untuk menyambut fenomena langka tersebut, beberapa masyarakat yang memiliki anggota keluarga sedang hamil, terlihat sedang menggelar syukuran atau bancakan dalam istilah Jawa dengan membuat tumpeng.
Seperti salah satu warga di Perum Puri Dharma Dusun Dayu Desa Tunggorono Kecamatan/Kabupaten Jombang. Yakni keluarga dari Anang Sunaryono, 40, yang sedang menggelar syukuran terhadap istrinya, Riescha UW, 36, yang sedang mengandung 4 bulan.
Anang Sunaryono mengatakan bahwa acara tersebut sengaja digelar guna menyambut gerhana bulan sebagai tanda syukur dan tolak balak. Hal itu seperti yang kerap dilakukan oleh orang Jawa pada umumnya, sebagai budaya dan kepercayaan turun temurun.
“Saya sengaja membuat bancakan sebagai rasa syukur dan tolak balak, agar nantinya masa kandungan istri sampai kelahiran diberikan keselamatan dan kesehatan,” ungkap Anang Sunaryono saat ditemui di rumahnya, Senin (07/08) malam.
Budaya syukuran atau bancakan yang dilakukan oleh warga yang keluarganya terdapat orang yang sedang mengandung memang sudah menjadi kepercayaan dan budaya bagi orang Jawa pada umumnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh budayawan Jombang, Nasrulloh atau yang akrab disapa Cak Nas oleh banyak seniman di Kabupaten Jombang. Ia mengatakan bahwa bancakan orang yang sedang hamil tersebut sebagai kekayaan budaya Indonesia khususnya orang Jawa yang mempercayai cerita rakyat (dongeng) soal gerhana bulan, atau Gugon Tuhon dalam bahasa Jawa.
Maka dari itu menurut Cak Nas, ketika terjadi gerhana bulan dianjurkan bagi warga yang sedang hamil untuk melakukan bancakan sebagai wujud syukur kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
“Menurut cerita orang Jawa tradisional, gerhana bulan adalah kejadian bulan ketika dimakan oleh Betoro Katong. Jadi untuk masyarakat yang sedang sensitif seperti orang yang sedang hamil dianjurkan untuk melakukan bancakan sebagai wujud syukur dengan disertai doa-doa,” ujar Cak Nas saat dimintai komentar oleh Tim Adakitanews.com.
Cak Nas menambahkan bahwa tradisi atau budaya tersebut seyogyanya harus dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan daerah. Karena peristiwa gerhana bulan merupakan tanda dari kekuasaan Tuhan yang harus disikapi dalam bentuk syukuran. Dan dalam syukuran tersebut pun doanya juga harus diubah, yang dulunya berdoa dengan mengucapkan Nyai Among Kasih Among, maka diubah dengan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Budaya bancakan orang hamil saat gerhana bulan memang harus dilestarikan karena sebagai kekayaan budaya daerah,” pungkasnya.(ar)
Keterangan gambar: Suasana bancakan gerhana bulan oleh warga di Desa Tunggorono.(foto:adi rosul)