Irfan, Penjaga Tambak Dengan Segala Cerita

ADAKITANEWS, Sidoarjo – Untuk sebagian orang, mungkin tidak terlalu asing dengan salah satu wilayah di pesisir timur kota Sidoarjo ini. Orang mengenalnya, sebagai wilayah petambakan yang sebagian besar tambaknya membudidaya ikan bandeng dan udang. Mayoritas mata pencaharian masyarakat wilayah timur kota Delta itupun beraneka ragam. Mulai dari petani tambak, penjaga tambak, hingga pencari ikan maupun kepiting air tawar. Ada juga merupakan nelayan laut pencari kerang, cumi, hingga yang menjadi bahan utama makanan khas Kota Delta yakni Kupang Lontong.

=========

Dalam kesehariannya di waktu senja hari, tiupan angin dan kegelapan seolah menjadi teman setia bagi Irfan Irlangga. Irfan yang merupakan warga asal Desa Wonokasian Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo ini, setia menjadi penjaga tambak sejak dirinya kecil. Pria berusia 38 tahun ini, meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai penjaga tambak, yang sudah tutup usia.‎

“Saya sejak tahun 1995, mulai aktif sepenuhnya menjaga. Tapi masih mendapat dampingan dari almarhum bapak saya yang sudah tutup usia tiga tahun yang lalu karena sakit dan memang sudah tua,” cerita Irfan ketika ditemui Tim Adakitanews.com.‎

Gubuk berukuran empat kali enam meter, menjadi satu-satunya tempat berteduh dari dinginnya malam dan panasnya terik matahari di siang hari. Untuk makan pun, Irfan juga telah terbiasa memasak sendiri beras dan bumbu, yang sebelumnya sudah distok.

“Adanya ya suara jangkrik, suara burung cuit, burung blekok malam yang sedang mencari makan di perairan tambak,” katanya.

Sembari mengawasi tambak dari hal yang tidak diinginkan, Irfan juga kerap membawa radio lamanya yang dinyalakan dengan baterai, sebagai hiburan saat sendirian menjaga tambak.‎

“Beratnya menjaga tambak itu adalah alam yang tak bersahabat. Seperti angin kencang, hujan deras dan petir, serta air pasang yang besar,” ceritanya.

Setiap malam Irfan harus siaga mengawasi air pasang yang terkadang ketinggiannya melebihi batas dan rawan terjadi banjir. “Orang Jawa menyebutnya prapuh. Prapuh itu sebutan dari air pasang,” jelasnya.

Dalam wawancara malam itu, Irfan mengajak Tim Adakitanews.com menyusuri jalan setapak di atas tanggul tambak. Ifran terlihat menyorot sepanjang pinggiran tambak untuk mengecek keadaan udang. “Udangnya ini kelihatan sehat apa tidak, bagus tidaknya perkembangan udangnya biar tahu,” terangnya.‎

Selama menjadi penjaga tambak, Irfan mengaku jarang memiliki waktu untuk pulang. Ketika ada kesempatan pun, hanya bisa sebentar kemudian kembali lagi ke tambak.

Hampir genap dua belas tahun ia bekerja menjaga tambak. Pria lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) tersebut, mengaku setia meneruskan estafet pekerjaan dari bapaknya. “Udang yang sudah dipanen, selanjutnya akan dilakukan penimbangan dan disetorkan ke gudang milik pemilik tambak yang berada di Kota. Dengan menggunakan perahu, saya bawa ke dermaga udang dan nanti di luar sana sudah ada yang menjemput untuk mengambil kemudian dibawa ke gudangnya juragan,” terangnya.‎

Dalam perbincangan malam itu, Irfan bercerita tentang perkembangan kondisi udang dan ikan bandeng di tambak yang ia jaga belasan tahun itu. Perkiraan cuaca yang saat ini tidak lagi mudah ditebak, kerap berpengaruh terhadap kesehatan udang. ‎”Sekarang cuacanya ekstrem. Hitungan cuaca untuk sirkulasi air terkadang meleset. Air tiba-tiba pasangnya terlalu tinggi, angin, hujan juga tiba-tiba dan itulah kadang menyebabkan udang terserang penyakit,” keluh Irfan.

Dalam bekerja menjaga tambak, penghasilan yang ia dapat dihitung berdasarkan persentase dengan pemilik tambak. Itulah yang kemudian mewajibkan Irfan harus benar-benar menjaga tambak, agar memberikan hasil yang memuaskan.

“Kalau udang kelihatan warnanya memerah, itu merupakan tanda-tanda terkena penyakit. Kadang juga saya temukan sudah mati beberapa ekor. Kalau sudah seperti itu, terserang penyakit, terpaksa saya lakukan panen lebih awal, agar tidak menambah jumlah udang yang mati,” katanya.

Meski mendapat penghasilan yang tidak menentu dan harus selalu bekerja keras, Irfan mengaku tetap akan menekuni profesinya itu dengan ikhlas, karena ia yakin bahwa suatu saat ia akan menuai keberhasilan.(sid3)

Keterangan gambar : Irfan saat sedang mengantarkan udang windu hasil panennya menggunakan perahu dari tambak menuju kota Sidoarjo.(foto : andri santoso)‎

Related posts

Leave a Comment