Rumah Inspirasi Sang Proklamator, Sebelum Raih Kemerdekaan

ADAKITANEWS, Kota Blitar – “Jasmerah, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Itulah semboyan yang diucapkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Ir Soekarno saat pidato Hari Ulang Tahun RI tahun 1966. Semboyan ini merupakan amanat Sang Proklamator agar tetap mengingat sejarah kemerdekaan Indonesia.

=========

Bung Karno, sapaan akrab sang proklamator merupakan anak dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno, lahir di Surabaya 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta tanggal 21 Juni 1970. Ia menjadi Presiden RI sejak tahun 1945 – 1966. Selama masa perjuangannya untuk meraih kemerdekaan, ternyata Bung Karno mempunyai tempat sakral, yang dijadikannya sebagai rumah inspirasi untuk menciptakan konsep maupun strategi menuju Kemerdekaan. Tempat itu berada di Kota Blitar, tepatnya di Jalan Sultan Agung Sananwetan Kota Blitar, yakni ‘Istana Gebang’.

Bambang In Mardiono, seorang pelaku sejarawan asal Kota Blitar yang lahir pada tanggal 4 Oktober 1945 ini menceritakan, dalam rangka persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Bung Karno masih sering berada Istana Gebang, rumah Soekarno saat kecil hingga menjadi Presiden.

“Ini bukti bahwa keberadaan Bung Karno di Istana Gebang masih sering dilakukan untuk menemui tokoh-tokoh yang ada di Blitar sebelum atau jelang kemerdekaan, serta kebiasaan Soekarno untuk bertemu dengan ibunya,” katanya saat ditemui di Istana Gebang, Sabtu (12/08).

Masih kata Bambang In Mardiono, ayah Bung Karno sudah meninggal sebelum hari kemerdekaan, yakni pada tanggal 8 Mei 1945 di Jakarta. Menurut lelaki yang saat ini sudah menginjak usia 72 tahun ini, saat ayah Bung Karno meninggal dunia di Jakarta, ibunya pun sempat dibawa ke Jakarta. Dan tepat 100 hari sebelum kemerdekaan, baru Ibu Bung Karno dibawa pulang ke Istana Gebang oleh kakak Bung Karno.

Meskipun Bung Karno sudah menjadi Presiden dan ibu kota sempat berpindah-pindah, Bung Karno masih sering pulang ke Blitar untuk mengunjungi ibunya. Sang ibunda Bung Karno tidak mau tinggal di Jakarta karena merasa di Istana Jakarta adalah rumah Belanda. Sedangkan Ibu Bung Karno begitu kuatnya perasaan benci kepada Belanda karena beliau masih keturunan dari Kerajaan Singaraja yang pernah dihancurkan oleh Belanda tahun 1848.

Lebih jauh Bambang menceritakan, di Istana Gebang ini Bung Karno selalu untuk meminta doa restu ibunya guna mendapatkan petunjuk dalam setiap keputusan yang diambil . Misalnya pada tahun 1955 dimana ada 2 agenda penting di Indonesia, yakni Konferensi Asia Afrika dan Pemilu.

Sebelum dilakukan konferensi itu, tanggal 18 – 26 April, Bung Karno terlebih dahulu pulang ke Istana Gebang untuk meminta doa restu ibunya dan sesepuh-sesepuh di Blitar. Bahkan sesudah selesai konferensi pun Bung Karno juga melakukan syukuran di Istana Gebang.

“Saran dari sesepuh disuruh membuat buceng guyub, yang artinya melambangkan sebuah persatuan. Akhirnya Bung Karno melaksanakan saran dari sesepuh yang ada. Dan tentu beliau tidak pernah meninggalkan Budaya Jawa,” jelasnya dengan nada penuh semangat.

Ditemui di tempat yang sama, Kepala Bidang Pengelola Kawasan Wisata Kota Blitar, Heru Santoso mengatakan, bahwa Blitar merupakan tempat dapurnya nasionalis. Dan rumah Istana Gebang ini merupakan rumah yang sangat bersejarah, dimana masa kecil Bung Karno dan kedua orang tuanya berada disini.

Rumah ini juga merupakan tempat Bung Karno membuat konsep-konsep berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagaimana menentukan strategi agar Indonesia bisa merdeka. “Saat situasi negara dalam keadaan genting pasti Bung Karno pulang untuk sungkem kepada ibunya. Bahkan waktu menjadi Presiden pun, saat tidak ada kegiatan yang bersifat nasional juga pasti pulang ke Istana Gebang,” ungkap Heru.

Setelah ibunya meninggal pun, lanjut Heru, Bung Karno tetap sering pulang ke Istana Gebang untuk menemui ke kakaknya dan ziarah ke makam ibundanya. Rumah ini bisa dikatakan merupakan rumah Inspirasi bagi sang proklamator. Karena dalam membuat konsep apapun pasti berada di rumah ini. Apalagi saat masih ada orangtua Bung Karno.(fat/wir).

.

Keterangan Gambar: Bambang In Mardiono, saat menunjukkan foto Bung Karno sungkem dengan ibunya.(foto : fathan)

Related posts

Leave a Comment