Puncak HJL ke- 450, Pemkab Lamongan Kenalkan Resmi Busana Adat Khas Lamongan

ADAKITANEWS, Lamongan – Puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-450 akan dilangsungkan pada Minggu (26/05). Prosesi puncaknya bakal ditandai dengan pembukaan selubung pataka di Gedung DPRD, untuk kemudian diarak keliling Kota Lamongan dan disemayamkan di Pendopo Lokatantra.

Ketua Umum Panitia Peringatan HJL ke-450, Yuhronur Efendi mengungkapkan, prosesi puncak HJL akan menyesuaikan dengan momen puasa Ramadan. Karena itu, jika biasanya dimulai pagi hari, kali ini pada siang hari.

Dia menjelaskan rangkaian prosesi tetap akan menggunakan pakem sebagaimana yang terdahulu. Yakni pembukaan selubung pataka dan pemasangan oncer sesanti oleh Ketua DPRD untuk kemudian diserahkan kepada Bupati Lamongan, Fadeli.

Lambang daerah ini kemudian akan dikirab mulai jam 14.00 WIB mengelilingi Kota Lamongan bersama seluruh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Lamongan.

“Kirab akan berakhir di Pendopo Lokatantra dalam prosesi Pasamuan Agung untuk menyemayamkan lambang daerah. Sepanjang rute kirab, akan dibagikan takjil gratis di beberapa titik,” ujar Yuhronur.

Selain itu, sebanyak delapan kesenian daerah akan disuguhkan pada khalayak di delapan simpul jalan yang dilalui kirab. Yakni kesenian reog di perempatan PLN lama, jaranan di perempatan Pasar Sidoharjo, Tongklek Sunan Sendang di depan Gedung IPHI. “Selain di simpul jalan lainnya akan disuguhkan 3 kesenian reog, barongsai, dan jaranan,”paparnya.

Sementara saat di Pendopo Lokatantra, Pataka dan Oncer Sesanti Lambang Daerah akan disambut dengan Tari Bedoyo Amangkubumi, Uyon-uyon Ayem Tentrem dan Cucuk Lampah.

Momen HJL yang jatuh di bulan suci Ramadan ini juga akan menjadi saksi sejarah. Karena untuk pertama kalinya, Lamongan akan memiliki busana adat khas sendiri.

“Busana Adat Khas Lamongan ini akan dikenakan oleh semua peserta kirab, yang sekaligus menjadi sosialisasi kepada masyarakat. Ini akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Lamongan karena memiliki busana khas sendiri yang berakar pada kekayaan budaya lokal,” kata Yuhronur.

Menurutnya, elemen khas dari busana adat khas Lamongan ini adalah penggunaan batik singomengkok dan desain kebaya yang bernuansa Islam. Nuansa Islam ini tampak pada panjang kebaya yang dibuat hingga lutut. “Model kebaya panjang seperti inilah yang membedakan dengan kebaya pada umumnya. Termasuk penggunaan hijab yang semakin mengentalkan nuansa tersebut,” jelasnya.

Dijelaskannya, busana adat khas Lamongan ini juga merupakan perpaduan sejumlah budaya lokal. Seperti pengaplikasian kowakan pada busana pria yang mengambil ciri khas busana adat tambal sewu di Desa Sambilan Kecamatan Mantup.

Sementara pengaplikasian Batik Singomengkok pada udeng dan sembong pada busana pria serta jarit pada busana perempuan sebagai bagian dari pelestarian budaya masyarakat Lamongan di wilayah utara. Desain batik ini terinspirasi dari Gamelan Singomengkok yang digunakan Sunan Drajat dalam berdakwah.

“Selain itu ada penggunaan aksesori bros untuk kebaya yang menggunakan model teratai berjuntai dengan motif gunungan yang ada di Sendang Dhuwur,” pungkasnya.(ng1)

Keterangan gambar: Bupati Lamongan, Fadeli didampingi istrinya saat pawai kirab Budaya di HJL tahun lalu.(ist)

Related posts

Leave a Comment