Belajar Tari Berpindah-pindah, Hingga Juarai Festival Seni Internasional

ADAKITANEWS, Blitar – Kebanyakan anak muda saat ini tidak tertarik untuk menggeluti kesenian tari, terlebih anak laki-laki. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Juwani Roni Septina, untuk terus belajar tari. Bahkan, kedepan dia mengaku akan mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan kesenian tari di Kabupaten Blitar.

=========

Bangsal yang berada di alun-alun Kanigoro Kabupaten Blitar sering kali tampak ramai remaja putra dan putri yang sedang memanfaatkan luas bangsal. Di sana mereka melenggang dan meliuk-liukkan tangan sembari memutar. Mereka merupakan kelompok pecinta tari yang tergabung dalam Swagantara Art Production, yang sedang belajar tari dan koreografer.

Mereka diajari tari dan koreografer oleh Juwana Roni Septina, warga Desa Pojok Kecamatan Garum yang tidak lain adalah pendiri Swagantara Art Produktion. Setidaknya tiga kali dalam satu minggu, Roni, sapaan akrab Juwana Roni Septina, melatih remaja yang tergabung dalam kelompoknya.

“Minimal kami mengadakan latihan tiga kali seminggu, tapi bisa lebih jika akan pentas atau mengikuti festival,” ungkap Roni.

Hanya saja, untuk melihat mereka latihan tari cukup sulit. Sebab, mereka selalu berpindah-pindah tempat. Bukannya mereka tidak ingin latihan tarinya ditonton orang, tapi mereka sering pindah karena tidak memiliki tempat latihan yang tetap. Mereka lebih sering berlatih di Kantor Desa Pojok. Namun demikian jika tempat itu digunakan, praktis mereka mencari tempat lain untuk berlatih.

“Dikarenakan saat ini Kantor Desa Pojok ada kegiatan, akhirnya kami berlatih di bangsal Alun-alun Kanigoro,” ujar pria berusia 31 tahun itu.

Roni tidak mempermasalahkan meski berpindah-pindah tempat latihan. Yang terpenting masih ada anak muda yang mau belajar tari atau koreografer. Dia mengaku, sudah menyukai tari sejak kecil atau ketika dia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kecintaan terhadap kesenian, terutama tari, tidak lepas dari orang tua dan neneknya yang juga pelaku seni.

“Ketika kecil, saya sering diajari nenek menari, akhirnya saya suka sampai sekarang,” jelas pria berambut grondong ini.

Bahkan saking cintanya terhadap kesenian tari, saat ini dirinya kuliah lagi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, yakni di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta mengambil jurusan Seni Tari. Dia sengaja ambil jurusan itu karena tari memiliki banyak jenis dan asal usul, sehingga untuk mendalaminya harus masuk kuliah.

Dia mencontohkan, beberapa jenis tari diantaranya Tari Lambangsih, Tari Pedet, Tari Remo Balet, dan lainnya. “Dari sekian jenis tari yang saya pelajari, tari klasik Lambangsih yang paling sulit, karena gerakannya lambat tapi penuh tenaga,” jelas bapak tiga anak ini.

Roni mengaku, banyaknya jenis tarian yang dia pelajari, mengilhaminya dalam menciptakan koreografi, setidaknya hingga sekarang dirinya telah menciptakan 30 koreografi. Bahkan beberapa diantaranya, mampu menyabet penghargaan bergengsi, yakni juara satu Festival Seni Internasional di Yogyakarta.

“Pernah, anak didik saya yang kala itu mewakili sekolahnya, mengikuti lomba koreografer dan berhasil keluar sebagai juara di festival Seni Internasional,” pungkasnya.(fat/wir)

Keterangan gambar: Juwana Roni Septina (tengah) di sela-sela latihan tari di Alun-alun Kanigoro.(ist)

Related posts

Leave a Comment