Belajar Otodidak, Pemuda Asal Talun Blitar Mampu Hasilkan Karya Ukir Kayu

ADAKITANEWS, Blitar – Pemahat atau ukir kayu biasanya dikerjakan orang yang mahir, memiliki pengalaman dan sudah belajar hingga bertahun-tahun. Namun, seorang pemuda tamatan SMP di Kelurahan/Kecamatan Talun, mahir membuat karya seni berupa ukir kayu secara otodidak.

=========

Sebuah ruang tamu milik Umar Hasam yang berada di RT 3/RW 3 Kelurahan/Kecamatan Talun tampak seperti galeri seni. Maklum, ruangan tersebut berisi beberapa kayu yang telah diukir menyerupai relief. Bisa dibilang, Umar Hasam merupakan seniman pahat kayu atau ukir kayu. Sebab, dirinya telah menghasilkan karya seni ukir kayu hingga ratusan karya. Jika melihat hasil karyanya, dia merupakan ahli ukir yang sudah bertahun-tahun belajar cara mengukir kayu.

Namun, siapa sangka jika Umar Hasam, baru belajar seni ukir sejak tiga tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2015. “Pertama kali mengukir kayu, tiga tahun lalu,” kata Umar Hasam.

Kala itu, dirinya belajar mengukir kayu jendela rumahnya menggunakan peralatan seadanya. Waktu itu dia membuat relief kepala suku Indian. Dia belajar mengukir secara otodidak alias tanpa bantuan atau pelatihan dari orang lain. Tak khayal kondisi tersebut sempat membuat khawatir kedua orang tuanya.

Bahkan ketika kali pertama belajar mengukir, dirinya ditentang oleh kedua orang tuanya. “Orang tua sempat melarang karena dikira saya tidak bisa, nanti malah akan menghamburkan uang untuk beli kayu,” ujar pria berusia 26 tahun itu.

Berkat kegigihan dan ketelatenan, karya pertama ukiran kepala Suku Indian di kayu jendela ternyata mendapat pujian dari beberapa teman dan tetangga. Hingga pada akhirnya banyak yang minta dibuatkan ukiran kayu berupa relief pewayangan. Dia mengaku bisa mengukir karena dia memiliki bakat, sebab sejak kecil dia senang melukis.

“Sebelumnya saya juga tidak pernah memahat, mungkin bakat alam ketika saya mempraktikkan ternyata bisa dan hasilnya lumayan,” ujar anak kedua dari empat saudara pasangan Sukardi dan Sri Astuti tersebut.

Dari skil melukis, kemudian Hasam mempraktikkan mengukir kayu. Dia menjelaskan, tahapan membuat ukiran kayu yang dia lakukan, yakni terlebih dulu dengan melukis sketsa di atas kayu yang hendak diukir, selanjutnya dia memahat mengikuti alur sketsa yang dibuat sebelumnya. Untuk memahat kayu, dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran serta konsentrasi tingkat tinggi. Jika tidak maka pahatan akan rusak sehingga ukiran tidak sesuai dengan pola alias rusak dan harus mengganti kayu.

Meski demikian, Hasam mengaku belum pernah gagal atau mengulang saat memahat kayu. “Harus memahat dengan hati-hati, tidak boleh terburu-buru,” ucap pria hingga kini juga yang masih lajang itu.

Menurutnya, untuk menyelesaikan kayu ukir paling cepat membutuhkan waktu lima hari dan paling lama tiga bulan, sesuai dengan ukuran kayu yang diukir dan tingkat kerumitan. Karya ukir yang dibuat rata-rata berupa tokoh pewayangan, relief untuk hiasan dinding dan kaligrafi.

Sementara itu, untuk tingkat kesulitan dalam ukir kayu yakni membuat detail ukiran yang sesuai dengan dimensi, misalnya untuk membuat detail yang menjorok kedalam sepanjang 5 milimeter (mm), maka detail itu harus 5 mm, tidak boleh kurang atau lebih. Dengan tujuan agar semua detail tersebut sama sehingga hasil ukiran yang dibuat tampak hidup atau seperti 3D.

“Yang harus diperhatikan, kedalaman dan lekukan harus jelas dan sesuai ukuran dimensi,” bebernya.

Untuk itu, dirinya selalu memilih kayu sesuai dengan spesifikasi. Untuk jenis kayu dirinya lebih memilih Kayu Jati dan Kayu Akasia yang memiliki ketebalan tertentu. Untuk hasil karya yang pernah dia buat, paling mahal di banderol harga Rp 500 jutaan.

“Harga tersebut cukup wajar mengingat bahan dan pengerjaannya, lumayan rumit dan yang tidak ternilai adalah seni yang termaktub dalam ukiran itu,” imbuhnya.(fat/wir)

Keterangan gambar: Umar Hasam berpose di depan ukiran kayu hasil karyanya.(foto : fathan)

Related posts

Leave a Comment