ADAKITANEWS, Tulungagung – Keripik pisang sudah akrab dikenal sebagai salah satu jajanan favorit masyarakat. Tingginya promosi tentang berbagai produk lokal saat ini, juga menjadi faktor meningkatnya permintaan terhadap produk ini. Namun sayang, sulitnya mendapatkan bahan baku menjadi kendala tersendiri bagi para produsen, untuk memenuhi kebutuhan pasar.
=======
Jajanan khas keripik memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarkat. Meski telah banyak bermunculan varian-varian keripik di pasaran, setiap produsen dipastikan tetap akan memiliki ciri khas tersendiri untuk mempertahankan kepuasan pelanggan, serta menambah keuntungan.
Seperti yang dilakukan Suwoto, 55, warga Desa Waung Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung ini. Keripik yang bisa dibilang merupakan camilan sederhana, disulap menjadi peluang usaha dengan keuntungan luar biasa.
Suwoto, merintis bisnis keripik pisang ini dengan modal minim. Dengan uang sebesar Rp.1 juta yang dia miliki dari hasil menabung, ia lantas segera memulai usahanya dengan membeli pisang serta peralatan usaha ala kadarnya.
“Awalnya hanya coba-coba. Dengan uang yang saya miliki, saya belanjakan pisang dan alat-alat,” kata Suwoto, mengenang perjalanan usahanya.
Suwoto bercerita bahwa bisnis keripik ini merupakan bisnisnya setelah dua bisnis sebelumnya yakni konveksi dan produksi rokoknya berakhir gagal. Bahkan harus kehilangan tempat tinggal dan sejumlah utang yang nilainya mencapai ratusan juta rupiah.
Awal usaha keripik Suwoto mengerjakan semua kegiatan bisnis secara mandiri dari mulai belanja pisang, mengolah, mengemas, melayani konsumen, hingga memasarkan keliling dilakukan bersama anggota keluarganya.
Seiring pemesanan yang terus bertambah, ia pun merekrut sejumlah karyawan. Hingga kini, total tenaga kerja mencapai 26 orang, dengan omzet mencapai rata-rata Rp 350 juta per bulan.
Sayangnya usaha pembuatan keripik pisangnya mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas. “Untuk kualitas keripik yang bagus, bahan bakunya mendatangkan dari Kecamatan Tanggunggunung. Sebenarnya di daerah lain juga ada, namun kualitas tidak sebagus dari Tanggunggunung,” katanya.
Menurut Siwoto, yang pernah bekerja di PT Aneka Tambang ini berujar, bahan baku keripik pisang harus menggunakan pisang agung atau pisang tanduk. Jenis ini jarang dijumpai, karena pisang yang buahnya besar panjang dan melengkung seperti tanduk ini tidak seperti jenis lainnya, dan produksi buahnya sangat sedikit dan sifatnya musiman.
“Kita ada pemasok dari beberapa daerah seperti Besuki, Prigi, bahkan Lumajang namun kualitasnya kurang bagus, teksturnya kurang padat, masih bagus yang dari Tanggunggunung,” ujarnya.
Ia mengatakan, selain bahan baku harus rebutan dengan yang lain, tidak jarang ketika sudah dikirim kualitas tidak baik. Menurut dia, selain terkendala bahan baku, usaha yang masih skala rumahan ini mempunyai keterbatasan dalam peralatan, yakni masih menggunakan peralatan sederhana seperti memotong pisang yang harus dilakukan dengan tenaga manusia, karena jika menggunakan mesin, justru malah rusak atau patah-patah.
Karena terkendala bahan baku, permintaan pasar tidak seluruhnya terserap. Untuk pemasarannya, Suwoto justru memilih pasar daerah Surabaya, karena harganya cukup bagus.
“Kita kewalahan untuk memenuhi pesanan. Dari Surabaya saja, sebulan rata-rata minta dikirim 25 ton. Tapi kita hanya mampu memenuhi pesanan 12 ton. Tidak ada separuhnya,” ungkap Suwoto.
Keripik pisang produksinya dikemas khusus untuk rasa manis, dengan harga Rp. 32 ribu per kilogram. Ditanya kiat sukses bisnisnya, Suwoto dengan merendah menyampaikan, hanya “Terus belajar, bekerja keras dan berdoa”.(bac)
Keterangan gambar : Produksi keripik pisang manis.(foto : acta cahyono)
[…] Download Image More @ adakita.news […]