58 Orang Masuk Islam, Dusun Sekardagung Blitar Jadi Kampung Mualaf

ADAKITANEWS, Blitar – Dusun Sekardagung Desa Balerejo Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar yang memiliki sekitar 1.200 kepala keluarga, memiliki mata pencaharian utama, yakni mengandalkan pertanian tadah hujan dengan tanaman jagung, kacang, dan cabai.

Namun, saat ini Dusun Sekardagung ini sering disebut sebagai kampung mualaf. Karena sejak 1990-an hingga saat ini, sudah ada puluhan warga yang masuk agama Islam atau mualaf.

Awalnya masyarakat dari berbagai daerah datang untuk bercocok tanam dengan membawa agama mereka masing-masing. Hingga saat ini, ada 5 agama yang tumbuh dan hidup secara berdampingan. Meski ada 5 agama, namun di Dusun Sekardagung saat ini lebih dikenal dengan kampung mualafnya Kabupaten Blitar.

Kepala Desa Balerejo, Deny Chandra mengatakan, sejak awal 1990-an hingga saat ini ada 58 warga non muslim yang menjadi mualaf. Karena banyak yang menjadi mualaf, sehingga Dusun Sekardagung sering disebut sebagai kampung mualaf.

“Data para mualaf ini tercatat rapi, dibawa oleh tokoh agama Dusun Sekardagung dan Kementerian Agama Kabupaten Blitar,” kata Deny.

Pada bulan Ramadan seperti ini, warga mualaf banyak yang belajar mengaji di musala-musala dekat rumah. Mereka belajar dengan didampingi para santri yang datang dari pondok pesantren dan mengajar selama bulan suci Ramadan. Mereka belajar mengaji setiap selesai salat zuhur. Ada yang masih belajar huruf arab, ada juga yang audah fasih membaca ayat-ayat Alquran.

Suprihatin, salah satu mualaf mengatakan, dirinya mengucapkan kalimat syahadat ketika berusia 17 tahun. Saat itu, ia bermimpi mendengarkan azan. Setelah itu, ia tergugah dan langsung mempelajari agama Islam dengan menimba ilmu di pondok pesantren selama 4 tahun.

“Tentu ini saya lakukan untuk mempertebal ilmu agama Islam saya. Karena saat anak-anak hingga remaja saya belum mendapatkannya,” terang Suprihatin.

Suprihatin saat ini lebih fasih membaca Alquran dibandingkan teman mualaf yang lainnya. Saat Ramadan ini, dirinya juga mengajak warga mualaf lainnya untuk belajar mengaji bersama-sama di musala.

Sementara itu, warga mualaf lainnya, Panji Basuki mengaku, sudah 10 tahun memeluk agama Islam, setelah bermimpi pergi ke pondok pesantren. Untuk mempelajari agama, ia belajar di musala dekat rumahnya.

Bagi warga mualaf yang ingin belajar di rumah, ulama desa setempat juga telaten mendampinginya. Sehingga faktor usia juga bukan menjadi penghalang untuk tetap belajar membaca Alquran.(fat/wir)

Keterangan gambar: Suasana kegiatan warga mualaf di bulan Ramadan.(ist)

Related posts

Leave a Comment