Barbershop, Tak Hanya Soal Gaya Hidup Tapi Juga Penerapan Konsep

ADAKITANEWS, Kota Kediri – Perkembangan zaman memberikan dampak terhadap gaya hidup masyarakatnya. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan gaya (style) dan fashion pun turut berdampak pada dunia barbershop. Profesi ini akhirnya semakin menjamur di berbagai daerah lantaran dinilai sangat menjanjikan dari sisi finansial. Dan tak dapat dipungkiri, saat ini keberadaan barbershop juga sudah menjadi kebutuhan dan gaya kaum Adam.

=========

Barbershop sendiri dikenal di Amerika Serikat (AS) sejak abad ke-20-an. Kata barber, berasal dari kata barba yang berarti jenggot. Profesi ini kemudian berkembang hingga ke kota-kota di Indonesia, tidak terkecuali Kota Kediri.
Ciri khas yang ditampilkan serta ketangkasan pemotong rambut atau kapster, memberikan nuansa tersendiri bagi para pencintanya, yaitu bernuansa kebarat-baratan.

Barbershop, juga identik dengan tiang tiga warna (TTW) di depannya. Simbol itu seakan tak pernah terpisahkan dengan sejarah dan maksud adanya TTW tersebut.

Achnad Baidowi atau yang akrab disapa Pak Bay, pemilik barbershop di Jalan Pattimura Kecamatan Kota Kediri mengatakan, barbershop dahulunya bukan hanya tempat potong rambut, tapi juga melayani bedah atau operasi. Kemudian melayani pencabutan gigi atau penyedotan darah menggunakan lintah.

Awalnya, penggunaan TTW (merah, putih dan biru) yang berputar melilit, merupakan kebiasaan para tukang sedot lintah yang menjemur perban berlumuran darah bekas pakai di depan klinik. Kemudian perban terhembus angin hingga melilit dan menjadi TTW.

“Lambat laun kebiasaan itu menjadi trademark di setiap klinik sekaligus menandakan jika lokasi itu adalah barbershop,” kisah bapak 3 anak ini.

Seiring perkembangan zaman, pemandangan itu kemudian dianggap sebagian orang menjijikkan. Kemudian dibuatkan penggantinya, yaitu tiang putih yang dicat biru dan merah. Putih menggambarkan perban, merah menggambarkan darah, dan biru sebagai urat atau pembuluh vena.

Sementara bulatan di atas tiang menggambarkan baskom tempat menyimpan lintah, dan baskom di bawah tempat darah. “Saat ini tiap barbershop pasti ada tiang tiga warnanya namun setiap pengelola mempunyai konsep yang berbeda,” ujarnya, Kamis (03/08).

Sebagai contoh, pakaian seragam. Pakaian yang disuguhkan kapster menandakan konsep barbershop. Seperti halnya di barbershop Deathless Jalan Imam Bonjol Kota Kediri, yang mengusung tema vintage atau klasik. Para kapster berseragam kemeja dokter khas, seperti fungsi barbershop sebelum era modern. “Kalau itu memang murni menerapkan konsep vintage. Kalau di tempat saya konsep minimalis, tidak terlalu pakem. Jadi yang penting rapi penampilannya,” tuturnya.

Tak hanya pakaian, gaya rambut turut diterapkan bagi barbershop berkonsep vintage. Kemudian membuat suasana ruangan dengan barang bekas seperti botol minuman keras bekas, kamera rusak, topi koboi dan beberapa foto-foto tokoh serta aksesoris lainnya hingga menambah klasiknya nuansa.

Namun begitu, konsep tidak mesti menjadi acuan, tergantung pemilik. Nama kapster yang keren dan tren juga menjadi pertimbangan dalam dunia barbershop. Salah satunya untuk menarik perhatian konsumen. “Semisal saya menggunakan Pak Bay. Teman saya menggunakan nama Sri Rejeki dan ada juga yang pakai nama Mac,” imbuhnya.

Konsep tidak mesti menentukan potongan rambut. Tapi ada barbershop yang melayani beberapa potongan saja atau spesifik. “Seperti pompadour, undercut, fade, dan beberapa jenis potongan lainnya. Namun pada dasarnya, semua melayani potong rambut,” ujar pria yang pernah mengikuti body contest itu.

Barbershop kini semakin populer. Sejak bangkit membuka usahanya September 2016 silam, tempat usahanya tak pernah sepi konsumen. “Alhamdulillah selalu ada saja. Masyarakat sudah mulai mengenal dan mulai tertarik gaya potongan barbershop,” kata pria yang gemar membaca ini.

Pak Bay menambahkan, pada dasarnya barbershop adalah potong rambut. Namun ada sedikit perbedaan dengan tukang potong rambut umumnya. Di barbershop menggunakan hair clipper bukan gunting, sehingga waktu memotong rambut menjadi lebih singkat dan cepat.

Pada barbershop terkadang menyediakan perawatan, seperti creambath dan lainnya. “Namun itu jarang. Biasanya, habis dicukur diberikan minyak rambut atau minyak janggut bagi yang menginginkannya. Tapi setiap barbershop tidak sama cara pelayanannya. Tarif juga menjadi pembeda. Di tempat saya Rp 15 ribu sekali potong,” pungkasnya.(udn/dari berbagai sumber)

Keterangan gambar: Pak Bay, saat melayani salah satu pelanggan di barbershop miliknya. Tiang barbershop.(foto: fasihhuddin kholili/google.com)

Related posts

Leave a Comment