Kiai Asal Jombang, Ajak Anak Jalanan Ngaji dan Berwirausaha

ADAKITANEWS, Jombang – Putra kiai besar asal Sidoresmo Surabaya, Muhammad Qonik Basyaiban atau yang akrab disapa Gus Qonik, yang kini berdomisili di Kabupaten Jombang merupakan salah satu pemuka agama peduli atas kehidupan masyarakat sekitar. Tak hanya menyiarkan agama seperti layaknya para pemuka agama biasanya, Gus Qonik juga membuat lapangan pekerjaan bagi para pemuda di Dusun Rembukwangi Desa Watudakon Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.

=========

Dengan menggunakan modal sendiri, Gus Qonik memberdayakan para pemuda di wilayahnya yang sebelumnya belum mendapatkan pekerjaan. Selain pemuda di wilayah tersebut, ia juga mengajak para pemuda jalanan yang biasanya ngamen di pinggir jalan untuk ikut bergabung dalam usahanya membuat tas hajatan dari kain furing.

Awal mulanya ia hanya sekadar mengajar pengajian di pesantren yang didirikannya di Desa Watudakon dengan santri kurang dari 50 orang. Baru sekitar 2 tahun lalu ia mencoba berwiraswasta dengan modal sekitar Rp 5 juta dan dibantu dengan hanya 4 karyawan yang juga merupakan santrinya sendiri. Kini Gus Qonik sudah memiliki hampir 150 karyawan yang seluruhnya pemuda dari anak-anak jalanan yang dinaunginya dan dijadikan santrinya.

Saat ditemui Tim Adakitanews.com berkunjung ke kediamannya, Gus Qonik menceritakan awal mula merintis usaha tas hajatan tersebut ia merasa kesulitan. Gus Qonik mengatakan, kesulitan yang ia alami disebabkan oleh persoalan modal yang minim. Disamping itu, kehidupan sebagai wirausaha juga merupakan hal baru untuknya, yang sehari-hari hanya berdakwah dan mengajarkan pendidikan agama.

“Pertama merintis usaha sangat susah karena modal tipis sekitar Rp 5 jutaan dan hanya dibantu 4 santri. Sedangkan saya kalau malam mengajar kitab Hikam, Kitab Kuning, dan Fiqih. Baru kalau siang bantu untuk motong sablon serta menjahit,” jelasnya pada Tim Adakitanews.com, Sabtu (08/07).

Gus Qonik menambahkan, pasca usahanya berkembang kini pemasarannya sudah mulai diambil oleh para sales dari berbagai daerah dari dalam dan luar Kabupaten Jombang. “Untuk pemasarannya sudah diambil oleh sales, sebagian ada juga yang pesan pribadi dari luar kota seperti DKI Jakarta, Aceh dan Kalimantan, hingga Makasar untuk harga tergantung jenis dan motif,” ungkapnya.

Saat disinggung soal penghasilan, Gus Qonik menuturkan bahwa sekarang usahanya sudah mendapatkan hasil yang lumayan besar, untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan para santrinya.

“Dulu awal usaha hasilnya Rp 500 ribu perbulan sekarang sudah diatas Rp 25 juta. Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan para santri dalam mencukupi kehidupan mereka dan biaya pendidikan mereka,” cakapnya.

Ditemui di lokasi yang sama, Latif salah satu santri Gus Qonik mengungkapkan bahwa dirinya ikut di pesantren tersebut baru beberapa bulan. Awalnya ia adalah seorang pengamen yang kerap berkeliling keluar masuk desa. Ketika ia bertemu Gus Qonik dan mengajaknya bergabung, Latif langsung menyambutnya dengan gembira.

Ia juga menuturkan bahwa selama belum bertemu dengan Gus Qonik, pribadinya tidak bisa mengaji. Namun setelah bertemu dan diajari mengaji oleh Gus Qonik, Latif sekarang mulai sedikit bisa membaca Alquran meski belum fasih. “Saya dulu seorang pengamen jalanan dan tidak bisa mengaji, kini alhamdulillah bersama Gus saya bisa mengaji sambil berwirausaha,” tandasnya.(ar)

Keterangan gambar: Para santri yang sedang mengerjakan kerajinan tas di Desa Watudakon. (bawah) Gus Qonik.(foto:adi rosul)

Related posts

Leave a Comment