Sawah Terendam Banjir, Petani Terpaksa Lakukan Panen Dini

ADAKITANEWS, Tulungagung – Puluhan hektare tanaman padi di Kabupaten Tulungagung terpaksa harus dipanen lebih awal, akibat terendam banjir. Hal itu dilakukan karena jika banjir tidak segera surut, padi yang siap panen bisa membusuk dan petani bisa rugi puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

“Kalau air tidak segera surut, padi bisa membusuk dan petani pasti rugi. Sebenarnya sudah waktunya panen ini, sudah umur tiga bulan, tapi malah kebanjiran,” kata Suroyo, petani di Dusun Gambiran Desa Besole Kecamatan Besuki yang sawahnya ikut terendam banjir, Rabu (18/10).

Suroyo menjelaskan, di Dusun Gambiran itu tak kurang dari 10 hektare sawah yang tanaman padinya siap panen terendam banjir sedalam sekitar 60 sentimeter. Banjir yang berasal dari luapan air sungai Gambiran dan Ngentrong ini, meluber hingga masuk ke area persawahan.

Meluapnya air dari kedua sungai ini disebabkan karena derasnya aliran sungai yang menjadikan tanggul pembatas jebol. Dalam kondisi normal, air akan mengalir ke Sungai Parit Agung, yang selanjutnya menuju bendungan Neyama.

Sumi, istri Suroyo yang ikut suaminya memanen padi menimpali, jebolnya tanggul pembatas mengakibatkan air sungai mengalir ke areal persawahan. “Petani khawatir, jika air tidak segera surut dipastikan mengalami kerugian. Karena kalau terendam cukup lama, padi bisa membusuk dan rusak,” ujar Sumi.

“Tengkulak sudah hafal ciri-ciri gabah yang bekas terendam banjir sehingga nilai perkiraan harganya juga turun, karena kondisinya rusak,” tambahnya.

Sementara diketahui, banjir tidak hanya melanda di Kecamatan Besuki, tetapi juga menerjang beberapa wilayah diantaranya Bandung, Gondang serta Pakel. Namun kondisi terparah adalah yang terletak di sepanjang aliran Sungai Parit Raya dan Parit Agung, yang merupakan muara beberapa sungai di Trenggalek dan Tulungagung.(ta1)

Keterangan gambar : Petani sedang memanen padi lebih awal.(foto : acta cahyono)

Related posts

Leave a Comment