ADAKITANEWS, Tulungagung – Selama ini Jembatan Ngantru Kabupaten Tulungagung identik dengan banyaknya monyet yang berjajar. Bahkan sebagian orang menyebut jika monyet tersebut adalah salah satu perwujudan pesugihan. Namun siapa sangka jika jembatan yang menghubungkan wilayah Kediri – Tulungagung ini merupakan saksi bisu pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), sekitar tahun 1965 -1966 silam.
Sejarawan Malang, Dwi Cahyono mengaku mengetahui proses pembantaian terhadap warga yang dituduh sebagai PKI di sekitar Tulungagung. “Saya tahu cerita pembantaian tersebut dari ayah saya, Masduki Ridwan. Ayah saya merupakan anggota TNI yang bertugas di Kodim Kediri,” jelasnya kepada Tim Adakitanews.com ketika dihubungi via ponselnya.
Dwi mengatakan, Jembatan Ngantru Tulungagung merupakan saksi bisu peristiwa pembantaian. “Ketika di pinggir Jembatan Ngantru Sungai Brantas, kata ayah saya, tidak semuanya meninggal. Saat diturunkan di truk mereka langsung ditebas dengan pisau lalu dibuang ke sungai. Prosesnya sangat cepat. Dan pada suatu ketika banyak dari mereka yang ditemukan masih hidup,” jelasnya.
Dwi mengaku, dahulu Tulungagung memang banyak yang menjadi anggota PKI. Namun di desanya yakni Desa Plandaan Kecamatan Kedungwaru, justru perpaduan antara santri dan warga PKI. “Jadi saya ingat betul, setiap kali ada suara azan, warga PKI selalu menyalakan gamelan gending-gending Jawa. Malah terkesan saingan,” katanya.
Dosen sejarah Universitas Negeri Malang ini mengatakan, berdasarkan keterangan ayahnya saat itu algojo yang terlibat pembantaian tidak semuanya dari TNI. Kebanyakan bahkan justru dari masyarakat. “Namun pembantaian tersebut biasanya dioper. Jika warga desa A, nantinya akan melakukan pembantaian di desa B. Kebanyakan mereka tidak tega dengan warganya sendiri. Bahkan saat itu, ada seorang TNI yang namanya Pak Seger adalah orang yang paling depan menghadang jika ada warga lain yang akan melakukan pembantaian di desanya,” jelasnya.(pur)
Keterangan gambar : Dwi Cahyono, Sejarawan Malang.(mus purmadani)