Tegas Bukan Berarti Keras

Perilaku tidak pantas ditiru yang dilakukan oleh para pelajar zaman sekarang telah mencerminkan bagaimana keadaan pendidikan yang ada di Indonesia. Perilaku semacam ini telah merasuk ke dalam kehidupan sosial masyarakat dan bahkan ke ranah pendidikan tinggi. Kasus-kasus semacam inilah yang membuat terutama banyak orang tua resah akan pendidikan yang sedang dijalani anak-anak mereka. Banyak sekali sekolah di Indonesia yang sedang mengalami krisis karakter baik karena tercemar oleh perilaku-perilaku brutal. Hal ini, harus bisa dikendalikan oleh orang tua ataupun pihak sekolah.

Perilaku jahat di lingkungan sekolah, disebabkan oleh banyak komponen. Salah satunya yakni yang pertama, teknik untuk instruksi agresif, terutama anak-anak yang baru saja masuk atau biasa disebut junior. Dalam pendahuluan, siswa baru kerap diperlakukan dengan sangat keras. Saat ini, menggunakan kebrutalan fisik diharapkan bisa untuk melatih disiplin, patriotisme, dan ketahanan mental. Gerakan fisik dipandang sebagai obat mujarab untuk membuat para siswa belajar untuk tegas. Jelas, alasan ini adalah legitimasi bagi para senior untuk menunjukkan kekuatan kepada para adik-adik mereka. Jika alasan sekolah adalah tempat untuk membentuk karakter yang baik, tapi mengapa ketidaksepahaman yang memajukan ketekunan dan kekejaman fisik lebih dikedepankan daripada menggunakan cara-cara yang lebih baik lainnya?

Kedua yakni secara mental. Seseorang yang diinstruksikan dan dibesarkan dalam situasi yang cenderung kasar mungkin akan melakukan hal yang sama ketika ia berada di posisi tersebut. Siklus tersebut pada akhirnya berubah menjadi kebiasaan yang dapat diandalkan kembali secara konsisten. Pelajar baru yang lulus akan berkenalan dengan kekasaran dan akan melakukan hal yang sama ketika mereka menjadi senior. Dan akan tertanam ke dalam otak mereka hal-hal serupa yang dicontohkan oleh para senior.

Ketiga, yakni kurangnya perhatian, ketidakpedulian, dan ketidakpastian pendidik yang diberkahi dengan kewajiban untuk berurusan dengan sekolah adalah hal-hal yang paling menambah peristiwa tersebut bermunculan terus-menerus. Sekolah adalah rumah kedua bagi siswa. Para orang tua mengirim anak-anak mereka ke kelas mengingat fakta bahwa mereka menerima sekolah itu adalah tempat terlindung untuk pengembangan dan peningkatan anak-anak. Siapa pun yang diberkati untuk berurusan dengan sekolah harus menjamin bahwa anak-anak terlindung dan aman dari risiko kebiadaban.

Perilaku brutal masih banyak terdapat di sekolah, institut ataupun rumah belajar lainnya. Semua orang harus mengerti bahwa keganasan hanya akan menyebabkan kehancuran. Jadi mulai sekarang, Stop Kekerasan di Ranah Pendidikan!

Oleh: Ade Ferchanain
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
NIM: 172022000023

Related posts

Leave a Comment