Berawal Dari Belajar Silat Hingga Jadi Pesantren

ADAKITANEWS, Sidoarjo – Meski berada di kawasan pecinan, namun Pesantren Sabilur Rosyad Al Usmani yang terletak di Jalan Hang Tuah Sidoarjo ini tetap memiliki kharisma tersendiri. Tantangan utama sebenarnya bukan terletak pada etnis Tionghoa, akan tetapi lebih banyak dari kalangan umat Islam yang berada di sekitarnya. Hal tersebut disampaikan KH Amiruddin Mu’in, pengasuh pondok pesantren ini saat ditemui di rumahnya.

=========

Kiai Amir mengatakan, pondok ini berdiri sekitar tahun 1965. Saat itu dirinya baru saja menimba ilmu di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang.

Mendirikan pesantren di kampung halamannya saat itu menurutnya tidaklah mudah. Butuh perjuangan ekstra agar pesantren yang dicita-citakannya bisa berdiri. “Awalnya saya cari kesenangan apa yang ada pada masyarakat sini. Akhirnya saya ajari silat dan pelan-pelan saya ajak ngaji,” ujarnya.

Sedangkan nama Al Usmani yang terdapat pada nama pondok merupakan bentuk kecintaannya terhadap kakeknya yakni Usman. Sejak kecil Kiai Amir yang merupakan 2 dari 5 bersaudara ini dididik dengan ilmu agama. Dan ayahnya merupakan guru ngaji di kampungnya.

Setelah tamat dari sekolah rakyat, suami dari Nyai Nur Maghriroh ini memutuskan untuk nyantri di Tambak Beras Jombang. “Saya sangat dekat dengan ponpes Tambak Beras, karena kakek saya pernah bersama Kiai Wahab Chasbullah, nyantri ke Sekh Kholil Bangkalan, Madura,” jelasnya.

Berdirinya ponpes ini menurut Kiai Amir berawal dari keprihatinan adanya ketidakadilan, kesewenangan, kemaksiatan, dan rusaknya akhlak di tengah-tengah masyarakat di wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. “Saat itu kawasan ini merupakan area pasar. Dan tentunya banyak sekali preman dan masyarakat yang melenceng dari akhlak. Saya sangat prihatin, tapi memang gak mudah untuk mengajak ngaji. Akhirnya saya ajak belajar silat,” tuturnya.

Menurutnya etnis Tionghoa justru menghormati keberadaan pesantren ini. “Setiap kali ada kegiatan saya selalu diundang. Bahkan disuruh memimpin doa. Karena merasa kurang pas, akhirnya saya matur Gus Dur. Oleh beliau justru didukung, menurutnya Islam itu Rahmatan Lil Alamin, siapa tahu ada yang tertarik masuk Islam,” jelasnya.

Meski terkesan modern namun pesantren ini masih mengutamakan metode safiyah yang diajarkan diantaranya kitab kuning, nahwu sharaf, tauhid, kitab fiqih, dan juga ilmu agama lainnya. “Kitab Alfiyah menjadi salah satu kitab yang utama di ponpes ini,” kata Kiai Amir.

Ditambahkan pula, Qowaidul Bagdadiyah juga menjadi salah satu metode pengajaran yang harus dilaksanakan selama menimba di pesantren yang masih sarat akan kesalafannya. Seperti halnya ponpes yang berlindung dari Nahdlatul Ulama, ilmu falaq dan ilmu faroid juga menjadi salah satu kurikulum yang tidak bisa ditinggalkan dalam pengajarannya. “Santri juga wajib mengamalkan manaqib Nurul Burhani dan Kitab dalail khoirot. Ini wajib dibaca usai salat wajib,” katanya.

Kiai Amir sangat menekankan amaliyah dibanding hanya sebatas pengkajian ilmu agama semata, salah satunya yakni melakukan tirakat sebagai sarana mendekatkan diri kepada pencipta. “Santri selain menimba ilmu agama syariat, juga wajib melakukan tirakatan,” jelasnya.

Begitu juga Kiai Amir yang diberikan kelebihan yakni mampu memberikan kesembuhan dan pengobatan tak terbatas pada penyakit jasmani melainkan juga penyakit rohani. “Obat dari semua penyakit adalah Alquran, untuk itu saya menggunakan Alquran untuk sarana kesembuhan dan juga permasalahan yang pasien saya keluhkan,” ungkapnya.

Kiai Amir mengatakan bahwa tak ada penyakit yang tak bisa disembuhkan. Dan obat dari segala penyakit adalah Alquran, untuk itulah selain menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidup agar tidak tersesat juga menjadikan Alquran sebagai obat dari permasalahan hidup yang sedang umat alami. Karena kelebihan yang dimilikinya inilah, banyak pasien yang berdatangan untuk mendapatkan keberkahan dari sang Kiai. Dalam satu harinya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan pasien dari berbagai kota, “Dari Bali dan Jakarta juga ada,” pungkasnya.(pur)

Keterangan gambar : KH Amiruddin Mu’in, pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Al Usmani, Sidoarjo.(mus purmadani)

Related posts

Leave a Comment