Suparlan, Pemilik Grup Reog dan Jaranan yang Awalnya Tak Pernah Suka Kesenian

ADAKITANEWS, Kota Kediri – Perjalanan panjang dalam dunia seni dilalui Suparlan, pria 64 tahun dengan berbagai cerita unik. Ia yang sebelumnya hanya sebagai kuli bangunan ternyata dulu tidak suka dengan kesenian jaranan. Namun lambat laun, lantaran kecintaan dan kesukaan istri dan anak-anaknya terhadap kesenian, membuatnya ikut terjun di dalamnya. Hingga akhirnya kini ia memiliki grup reog dan jaranan sendiri.

=========

Mbah Parlan, sapaan akrabnya mengatakan, sebelum memiliki grup reog dia sebelumnya juga pernah mengurus sebuah grup jaranan. Tapi ternyata Parlan tidak terlalu suka dengan kesenian jaranan. Sementara sang istri dan keempat anaknya justru sebaliknya. Setiap ada pentas seni jaranan, istri dan anak Parlan selalu menonton dan menunggu hingga pentas usai, mulai dari sekitar pukul 01.00 WIB sampai 02.00 WIB.

Kejengkelan Parlan dengan kesenian jaranan bukan tanpa alasan. Bagaimana tidak, setiap ada pementasan jaranan, anak dan istrinya selalu pulang malam, dan ia pun terpaksa harus menjemput mereka.

Pernah suatu ketika karena pulang malam, Parlan yang kesal menyingung dan menegur istri dan anaknya. “Sudah selesai jaranannya, gamelan dan kendang juga sudah dirapikan,” tegurnya pria asal Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren itu.

Kebencian Parlan akan dunia seni jaranan pun akhirnya luluh. Ia kemudian mengikuti apa yang digemari anak serta istrinya itu.

Ketika itu anak laki-laki nomor duanya, selalu ikut sebuah grup jaranan desa. Hampir setiap hari ia selalu mengantarkan anaknya ke tempat latihan. Dari situlah kesukaannya kepada seni mulai muncul, dari kegigihan sang anak yang ingin ikut seni jaranan.

Saking seringnya ia muncul di tempat latihan membuat pria berkumis itu dijadikan sebagai pengurus atau panitia, jika ada pentas. Bahkan saat ada lomba, Parlan juga ikut turun tangan untuk mengurus kelompok jaranan desa tersebut.

Dari kepengurusannya tersebut, justru berbuah prestasi. Saat lomba, kelompoknya selalu mendapatkan juara, sehingga Parlan dapat menjadi ketua dan mendirikan grup sendiri yang dinamakan Singo Kobro pada awal tahun 1980-an.

Berjalanya waktu, ayah lima anak ini mulai memiliki banyak kenalan dari grup kesenian jaranan lain. Ia akhirnya kenal dengan salah satu pemilik grup reog yang ada di Kota Kediri dari Kelurahan Burengan, hingga hasrat untuk memiliki grup reog sendiri pun muncul. “Kapan ya kira-kira saya punya reog sendiri,” bayangnya.

Berusaha mewujudkan keinginannya, awal tahun 1990-an ia mulai belajar ke kota asal reog, yaitu Ponorogo. Ia mempelajari cara membuat dadak merak, dan kepala macan. Setelah itu ia mencoba untuk membuat reog sendiri dengan bahan seadanya. “Dadak merak dulu buat sendiri, bulunya pertama pakai bulu ayam warna putih. Lalu ganti pakai bulu ayam warna hitam yang mengkilap,” cakap kakek 9 cucu itu.

Saat kegiatan seninya mulai bertambah yaitu reog dan jaranan, pada akhir tahun 1990-an Parlan terpaksa harus menghentikan aktivitasnya tersebut. Pasalnya saat itu kesenian jaranan sudah mulai banyak bermunculan.

Dengan fokus hanya untuk seni Reog Ponorogo di Kediri, sampai saat ini grupnya masih dapat bertahan. Hingga kini ia mengaku masih kerap dapat panggilan pentas ke penjuru daerah Kediri. Selain itu ternyata seni tersebut mulai menular ke anak-anak lainnya, bahkan sampai kepada cucunya.

“Yang pasti anak dan cucu dapat meneruskan kesenian Reog Ponorogo di Kediri ini. Karena semua juga menyukai seni, anak cucu saya juga sudah mengurusi kelompok jaranannya sendiri,” tuturnya.

Parlan bersama timnya juga sering ikut event-event, seperti beberapa hari lalu saat acara 1.000 barong di Pekan Budaya yang diadakan Pemerintah Kabupaten Kediri. Tak luput juga, tim yang ia dirikan itu beberapa kali jadi juara kesenian tingkat eks karesidenan Kediri.

Selain itu di rumah Parlan juga memiliki kegiatan sampingan, yaitu dengan membuat kepangan. Dari hasil membuat kepangan, diakuinya kini sudah dapat menambah koleksi reog miliknya. “Karena sudah jiwa seni reog, dengan harga yang bisa untuk membeli sebuah mobil, bekaspun tetap saya beli,” pungkasnya.(udn)

Keterangan gambar : Tim Suparlan saat ikut acara Pekan Budaya 1.000 barong.(foto:fasihhuddin kholili)

Related posts

Leave a Comment