Dari Penggembala Bebek, Hingga Jadi Pengekspor Telur Asin Aneka Rasa

ADAKITANEWS, Sidoarjo – Kabupaten Sidoarjo yang juga dikenal dengan sebutan Kota Delta, tak lepas dari hasil lautnya seperti kupang, kerang, cumi dan lainnya. Tak hanya itu, budidaya tambak seperti ikan bandeng dan udang, juga cukup melimpah sehingga membuat Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu daerah pengekspor udang.

 

=========

 

Melimpahnya hasil udang di wilayah Sidoarjo, menggugah niat seorang peternak bebek yakni Sulaiman. Pria berusia 60 tahun itu merupakan peternak dan juga salah satu diantara produsen telur aneka rasa asal Desa Kebonsari Kecamatan Candi Kabupatenm Sidoarjo. Duda yang memiliki dua anak ini, berhasil mengolah telur asin dengan berbagai varian rasa diantaranya rasa udang, kepiting, dan ikan salmon.

Suami dari almarhumah Suharni yang meninggal sejak dua tahun lalu ini mengaku memiliki ide menciptakan rasa pada telur asin setelah melakukan kerja sama dengan nelayan dan pembudidaya udang di salah satu tambak, yang juga merupakan sahabat sekampungnya.

Ditemui Tim Adakitanews.com di rumahnya, Sulaiman membeberkan awal dari inovasinya menjadikan telur asin dari bebek yang dia ternak, menjadi telur asin berbagai rasa. Yakni melalui bebeknya yang diberi makan udang atau cangkang dari kepala udang, dan juga kupang.

Berawal dari 200 ekor bebek yang dimilikinya pada tahun 1987, saat itu Sulaiman melakukan penggembalaan ke sawah-sawah yang sudah memasuki masa panen padi. Sulaiaman mendatangi sawah yang pasca panen, dan disitulah bebek-bebeknya memakan sisa-sisa rontokan padi.

Sulaiman menggembala bebek sejauh puluhan kilo dari rumahnya. Tak jarang pula, dia meninggalkan istri dan anaknya hingga berhari-hari. “Bebek saya, saya diinapkan ke pekarangan orang dan otomatis saya juga menginap di rumah orang disitu untuk menjaga bebek saya, sambil memunguti telur-telur seandainya ada yang bertelur,” kata Sulaiman.

Desa Kebonsari Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo memang dikenal sebagai kampung bebek. Puluhan warganya, diketahui menjadi peternak bebek. “Kita saat itu menjual telur melalui cuma dengan satu pengepul saja dan harganya terlalu murah, jadi banyak yang merugi,” kata Sulaiman‎ sambil memasukkan telur bebeknya ke dalam panci di dapur tempat proses pembuatan telur asin, Sabtu (07/05).

Kini, Sulaiman memiliki sekitar 1.500 ekor bebek di dalam kandang berukuran 300 meter persegi. Dari 1.500 ekor bebek tersebut, per harinya Sulaiman mampu memanen sebayak sekitar 1.000 butir telur. Namun saat musim hujan dan pada bulan-bulan tertentu, bebek yang bertelur mengalami penurunan menjadi 860 butir perhari.

Agar kondisi bebek tetap sehat, Sulaiman mengaku tak pernah memberi ramuan obat-obatan kimia kepada bebeknya. Namun hanya dengan memberi jamu herbal dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah yang dicampur pada makanan bebek. “Mulai awal perubahan musim atau orang-orang menyebutnya dengan musim angin barat. Itulah bebek-bebek biasanya mulai terserang penyakit, ya akibatnya berkurang telurnya,’’ keluhnya.

Telur asin buatan Sulaiman, kini bahkan sudah mendapat pesanan hingga ke luar daerah dan ke luar negeri dengan omzet sebesar Rp 36 juta per bulan. “Telur asin ini sudah saya kirim hampir ke seluruh Indonesia. Yang sering biasanya Medan, Bandung, Jakarta, dan sebagian besar kawasan Jawa Timur. Kalau di luar negeri, saya sudah mampu menembus pasar Jepang dan Thailand,” tambahnya.

Untuk membantu kesibukannya, Sulaiman memiliki tiga karyawan. Dua orang untuk memelihara kandang serta memberi makan bebek, dan satu orang membantu proses mengolah dan pendistribusian telur pesanan.

Beberapa penghargaan juga sudah didapat Sulaiman. Seperti penghargaan di tingkat daerah hingga nasional dari Kementerian Ketahanan pangan pada 2010, dan dari Persatuan Purnawirawan TNI-AD Provinsi Jatim di tahun 2016 lalu, sebagai instruktur Program ‘Pelatihan Budidaya Ternak Itik’ bagi anggota PPAD Provinsi Jawa Timur.

“Pada tahun 2013 lalu puluhan pelajar dari Thailand pernah berkunjung ke sini untuk melakukan studi. Katanya telurnya kok berbeda dengan yang di sana. Menurut mereka telur bebek saya ketika dimakan rasanya lebih masir (terasa lembut) dan tidak berbau amis,” lanjutnya.

Untuk membangkitkan lagi semangat para peternak bebek di Desanya, Sulaiman berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan mereka. Karena menurutnya, usaha tersebut bisa mengurangi angka pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan. “Saya ajarkan secara gratis orang-orang atau anak muda yang ingin tahu cara membuat telur asin seperti saya ini. Karena biar anak-anak muda sekarang memiliki kreativitas untuk usaha sendiri,” ujar Sulaiman.‎(sid3)

Keterangan gambar : Sulaiman sedang memberi makan bebeknya.(foto : andro santoso)

Related posts

Leave a Comment